Sabtu, 06 Februari 2016

Sepotong surga hijau di Coban Rondo, salah satu tempat paling Instagram-able di Malang

Ketemu lagi sama saya. Beberapa hari ini saya memang rajin blogging. Meskipun postingan saya sudah kadaluwarsa semua, alias sudah mengendap sebagai draft berbulan-bulan.

Karena blog ini pada dasarnya adalah jurnal travelling, icip-icip, dan daily life minus personal detail (I know that reading someone complaining about their life in internet is exhausting), jadi ya maaf kalau ulasan travel saya kurang informatif.

Pertengahan tahun 2015 lalu saya dan Frita, Arien, serta Sova memutuskan untuk jalan-jalan ke Coban Rondo. Bukan berarti kami belum pernah main ke sana. Kami berempat cuma kepingin menyegarkan pikiran dari rutinitas kantor yang bikin stres tanpa ke mall. Jadilah Coban Rondo pilihan destinasi wisata kami.

Saya yang paling semangat karena pegunungan dengan pemandangan hijau memang jenis wisata alam yang paling saya sukai. Dan meskipun air terjun Coban Rondo ini memang tidak terlalu istimewa dan kelewat ramai pengunjung, tapi saya menikmati keindahannya yang sederhana.

Air Terjun, Coban, atau Curug?

 
Apa itu 'coban'? Apa bedanya dengan 'air terjun' dan 'curug'? Sebenarnya sama saja, kok. Beda daerah, beda istilah. 'Coban' itu istilah Jawa dari air terjun. Mengenai latar belakang kata 'rondo' yang artinya 'janda' bisa disimak dari uraian di poin berikut.

Dewi Anjarwati, Janda Pembawa Kutukan Bagi Coban Rondo

Legenda Coban Rondo? Rasanya semua orang sudah pernah mendengar legenda sedih yang meliputi tempat ini. Saya sendiri sudah pernah menuliskannya untuk artikel kerjaan. Tapi bolehlah saya ceritakan lagi di sini (atau lebih tepatnya copas, tapi copas tulisan sendiri, kok).
Penamaan Air Terjun Coban Rondo, salah satu objek wisata alam di Batu, Malang terkait dengan kisah cinta yang harus terpisah maut.

Tersebutlah Dewi Anjarwati dan Raden Baron Kusumo yang jatuh cinta dan memutuskan untuk mengikat janji dalam pernikahan. Baru beberapa hari menjadi suami-istri, Dewi Anjarwati mengajak suaminya untuk bertandang ke rumah orang tua Raden Baron yang ada di Gunung Anjasmoro. Padahal enurut tradisi Jawa kuno, pasangan pengantin baru dilarang bepergian sebelum usia pernikahan mencapai selapan karena bisa mendatangkan celaka. Tetapi keduanya tetap bersikeras pergi.

Di tengah perjalanan, mempelai bertemu dengan Joko Lelono yang kontan terpikat kecantikan Dewi Anjarwati. Joko Lelono pun menantang Raden Baron Kusumo berduel untuk memperebutkan Dewi Anjarwati. Sang istri diminta untuk menyembunyikan diri di balik air terjun sembari menunggu suaminya datang. Tak disangka, Raden Baron Kusumo dan dan Joko Lelono sama-sama tewas dalam pertarungan. Tinggallah Dewi Anjarwati yang menjanda meratapi nasibnya di balik air terjun.

Sampai sekarang, banyak yang percaya kalau ratapan Dewi Anjarwati mendatangkan kesialan bagi pasangan-pasangan yang datang ke sana. Boleh percaya, boleh tidak. Pada akhirnya, kutukan tersebut bukan sesuatu yang bisa dibuktikan dengan ilmu pengetahuan.

Akses menuju Air Terjun Coban Rondo


Buat warga Malang yang tuna kendaraan seperti saya dan teman-teman, Coban Rondo bisa diakses dengan angkutan umum, kok. Tinggal menumpang bus jurusan Malang-Kediri, berhenti di patung sapi dan tinggal jalan kaki sampai Coban Rondo. Jarak dari gerbang ke coban memang jauh. Tapi pemandangannya bagus, kok. Kalau malas jalan, bisa juga menyewa jasa ojek yang mangkal di pintu gerbang.

Lapar dan capek habis jalan dari gerbang? Coba cicipi gorengan panas yang dijajakan di pintu masuk. Rasanya biasa-biasa saja dan sedikit mahal, meskipun ukurannya memang besar. Tapi yang bikin saya kegirangan adalah gorengan brokoli utuh ini. Saya lupa harganya, sekitar Rp 2.000-Rp 3.000. Karena Batu memang penghasil sayuran, nggak heran kalau brokoli yang di supermarket Malang bisa berharga belasan ribu dijual cuma-cuma seperti ini.


Masuk ke area coban, kita langsung disuguhi gemerisik air yang mengalir deras. Beberapa meter dari coban, kita malah sudah kebagian cipratan air.


Nggak bisa ambil foto yang bagus di dekat air terjun? Nggak masalah. Foto di sungai dengan latar belakang sesemakan yang hijau subur begini juga bagus. Layaklah buat di-upload di jejaring sosial.


Sekadar keceh (main air) di sungai yang mengalirkan air coban juga boleh. Tapi hati-hati buat yang kakinya gampang kram. Air di sungainya benar-benar dingin. Kaki saya sampai hampir mati rasa.

Taman Labirin, Puzzle Game Raksasa Tempat Ngeksis

Kalau sudah puas main di coban, wajib mampir ke taman labirin yang ada di dekat pintu gerbang. Tempat ini merupakan atraksi yang tergolong baru di Coban Rondo. Lumayan ngehits di kalangan anak muda. Pasalnya taman labirin ini memang Instagram-able alias cocok buat ngeksis di jejaring sosial.




Labirinnya sendiri nggak terlalu rumit. Kamu cuma perlu menemukan kolam yang jadi pusat labirin ini. Tapi kalau kamu termasuk orang yang buta arah seperti saya, pasti bakal nyasar. Satu-satunya solusi adalah minta petunjuk dari teman yang memantau di menara.

Taman Anggrek Aneka Warna

Selain berpetualang di labirin, kamu juga bisa lihat-lihat anggrek dan taman bunga yang ada di dekatnya. Saya berhasil menjatuhkan 5 anggrek sekaligus dan minta maaf berkali-kali sama mas yang jaga karena sungkan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar